Kopiitudashat's Blog

July 14, 2009

Dari Liberalisme Menuju Neoliberalisme

Filed under: Uncategorized — kopiitudashat @ 8:07 am


1. Liberalisme Klasik
Kehancuran yang diakibatkan oleh Perang Dunia (PD) I membawa keinginan manusia untuk menghindari perang. Hal inilah yang merupakan titik awal kebangkitan kaum liberalis yang ditandai oleh berdirinya Liga Bangsa-Bangsa. Liberalisme yang merupakan antitesis dari realisme berangkat dari asumsi dasar tentang pandangan positif tentang manusia, keyakinan bahwa hubungan internasional dapat bersifat kooperatif daripada konfliktual dan percaya terhadap kemajuan yang dibawa oleh modernitas. Manusia adalah pada dasarnya baik dan terlahir dengan kecenderungan untuk saling bergantung dan bekerja sama dengan manusia yang lain . Asumsi inilah yang menempatkan individu dan kolektivitas individu sebagai kajian utama. Perhatian dasar liberalisme klasik – untuk membedakannya dengan liberalisme yang akan dijelaskan kemudian – adalah kebahagiaan dan kesenangan individu. Pikiran-pikiran para scholar yang mendahului aliran ini adalah John Locke dengan pemahaman tentang negara konstitusional, Bentham dengan kajian hukum internasional dan timbal balik serta pemikiran Immanuel Kant tentang perdamaian abadi dan kemajuan. Nilai-nilai dasar yang diusung liberalisme adalah prospek menuju damai, semangat perdagangan, interdependensi dan institusi, hak asasi manusia, serta kesejahteraan.

2. Neoliberalisme
Perdebatan panjang antara realis dan liberalis tentang human nature kemudian disempurnakan dengan metode ilmiah dalam kerangka pendekatan behavioralis saat Perang Dingin. Aliran ini kemudian disebut sebagai neoliberalisme. Selain tidak terlalu mempermasalahkan human nature tapi lebih melihat manusia dari hasil perbuatannya, neoliberalisme juga berbeda dengan liberalisme dalam kadar ‘ke-utopiaannya’ karena neoliberalisme tidak se-idealis liberalism klasik, selain itu kajian neoliberalisme berkisar antara kejadian-kejadian era Perang Dingin setelah 1945. Neoliberalisme mengadopsi nilai-nilai dasar liberalisme klasik dengan berbagai penyempurnaan dalam kerangka behavioralisme. Konstruksi ilmiah yang ditekankan oleh kaum behavioralis mengakibatkan aliran ini sudah lebih ’realis’ dengan menerima bahwa tidak semua manusia itu baik. Tetapi penganut aliran ini tetap beranggapan bahwa kedamaian tetap dapat terwujud bila para aktor berinteraksi dapat mewujudkan kerja sama yang kini kerja sama itu diterjemahkan oleh kaum liberalis sebagai perdagangan bebas dan penghargaan hak asasi manusia. Hal lain yang membedakan neoliberalisme dengan liberalisme klasik adalah titik berat aktor utama dalam hubungan internasional, apakah institusi, warga negara, ataupun masyarakat. Berdasarkan fokus aktor itulah aliran ini kemudian dibagi menjadi 4 aliran utama yaitu liberalisme sosiologis, liberalisme institusional, liberalisme republikan dan liberalisme interdependensi.
Liberalisme sosiologis yang diwakili oleh Richard Rosecrance melihat hubungan internasional bukan hanya sebagai hubungan antara negara tetapi lebih merupakan hubungan transnasional yaitu hubungan antar masyarakat dan organisasi dari negara yang berbeda . Hubungan antar masyarakat inilah yang mempersatukan pertentangan kepentingan negara. Berbeda dengan liberalisme interdependensi yang memandang hubungan transnasional antar negara sebagai kesalingketergantungan yang paling utama antar manusia sebagai makhluk sosial. Dalam perspektif ini, kekuatan militer yang dulu mendominasi pada era Perang Dunia – Perang Dingin kini kurang begitu berguna, posisinya kini digeser oleh isu-isu seputar ekonomi dan instrumen institusional. Interdependensi ini kemudian dapat disebut sebagai modernisasi karena modernisasi meningkatkan derajat dan ruang lingkup interdependensi antar negara.
Model liberalisme ketiga adalah liberalisme institusional yang mengadopsi pemikiran tentang pentingnya institusi internasional ala Woodrow Wilson dengan Liga Bangsa-Bangsanya. Aliran ini muncul sebagai jawaban atas kekhawatiran bahwa berakhirnya Perang Dingin – yang berarti runtuhnya bipolaritas – akan membawa dunia pada perang besar. Para liberalis ini setuju bahwa institusi internasional dapat membuat kerjasama menjadi lebih mudah dan menyenangkan, tetapi mereka tidak menyatakan bahwa institusi dapat menjamin transformasi kualitatif hubungan internasional. Pandangan ini mendapat kritik keras dari realis yang memandang liberal institusional sebagai neorealis dalam nama lain. Liberalis menjawab kritikan ini dengan konsep keuntungan absolut yang dimiliki liberal berbeda dengan keuntungan relatif oleh realis. Keuntungan relatif adalah keadaan dimana suatu negara sudah puas jika ia mendapat apa yang diinginkan sedangkan keuntungan absolut menginginkan mendapat apa yang terbaik yang tidak dimiliki negara lain walaupun kepentingannya sendiri mungkin tidak didapatkan.
Pandangan terakhir memandang eksistensi negara demokrasi liberal sebagai negara yang bersifat lebih damai dan taat hukum dibandingkan dengan negara yang lain . Pandangan ini disebut sebagai liberalisme republikan. Hubungan ini bisa lebih damai karena kendali ekonomi yang merupakan pilar utama hubungan luar negeri tetap dipegang oleh warga negara yang notabene tidak ingin menyerang lawan bisnisnya.
Semua aliran ini menyajikan argumen yang menyeluruh dan konsisten tentang damai dan kerja sama dalam hubungan internasional walaupun hal ini mendapat kritik keras dari realis dan neorealis yang mempertanyakan konsep anarki yang nyata dalam hubungan internasional tetapi tidak pernah dibahas oleh liberalisme. Liberalis sendiri memahami konsep anarki berbeda dengan anarki ala realis. Bagi liberalis, anarki bukan berarti tidak ada pemerintahan sama sekali, yang terjadi hanya ketiadaan pemerintahan tunggal. Baik liberalis maupun neoliberalis sama-sama memfokuskan agendanya pada kerja sama, interdependensi, legitimasi organisasi internasional dan penyelenggaraan perdagangan bebas.
Secara singkat, perbedaan antara liberalisme dan neoliberalisme adalah sebagai berikut
No Pembeda Liberalisme Neoliberalisme
1 Aktor utama Individu Individu yang tergabung dalam masyarakat, kelompok, organisasi
2 Asumsi dasar tentang human nature Manusia itu baik Manusia ada yang baik dan ada yang buruk
3 Idealisme tentang kedamaian Sangat ideal Agak lebih ’realis’
4 Kemunculan PD I Perang Dingin
Damai menurut liberalisme adalah keadaan hakikat semua negara. Damai yang dimaksud tidak hanya berarti ketiadaan perang seperti yang terjadi pada Perang Dingin tetapi damai berarti adanya kerja sama dalam suatu harmoni. Berbeda dengan realis yang menjadikan balance of power dengan sistem internasional bipolar, liberalis mengkonstruksi sistem internasional dalam tatanan multipolar walaupun center of action nya lebih condong ke PBB sebagai organisasi internasional.
Dalam melihat pandangan liberalisme maupun neoliberalisme ini, sekilas tampaknya perspektif ini mempunyai kesempurnaan yang dibutuhkan oleh dunia. Namun harus diperhatikan bahwa pandangan liberal seringkali dijadikan sebagai topeng untuk mencapai kepentingan negara liberal dalam kaitannya dengan eksploitasi negara berkembang. Konsep ini terkait dengan teori Wallerstein dimana negara periphery akan selalu bergantung pada negara core dan akan selalu menjadi objek eksploitasi negara core. Hal ini terkait dengan pilar utama kerja sama neoliberalisme yang menekankan perdagangan bebas dan industrialisasi yang hanya akan menguntungkan negara maju dan merugikan negara berkembang yang notabene tidak terlalu siap dengan globalisasi dan perdagangan bebas. Organisasi internasional yang dipopulerkan oleh liberalis pun bisa jadi hanya merupakan wadah negara liberal untuk menghegemoni negara lain secara legal melalui kebijakan luar negeri di organisasi tersebut.
Referensi:
Burchill,Scott.Theories of International Relations 3rd edition.St.Martin Press.Inc.,New York.2005
Jackson,Robert and Georg Sorensen.Introduction to International Relations.Oxford University Press Inc.,New York.1999

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.